Mencontek Tidak Membuahkan Hasil

Namaku Rudi. Aku sekolah di SMP Negeri 1 Jakarta, tepatnya sekarang berada di bangku kelas 8. Dikelas aku mempunyai teman yang namanya Aris Suryo Pratama. Dia biasa dipanggil Aris. Seluruh teman sekelasku sudah tahu kebiasaan buruk Aris yaitu pemalas. Dia sangat pendiam dikelas. Dari cara berpenampilan dia memang orang yang pemalas . Baju dan rambut yang berantakan, sangat kelihatan bahwa dia sangat malas bahkan untuk mengurus dirinya saja malas.
Dibalik sifat pendiamnya, ada satu hal yang disukai Aris yang sekaligus menjadi salah satu keahliannya. Yaitu bermain futsal. Dia senang bermain futsal. Disitulah kita bisa melihat semangatnya Aris. Jadi aku dan teman-temanku sering mengajaknya bermain futsal. Dan futsal merupakan salah satu keahliannya.
Dia sangat dikenal banyak guru karena kepemalasannya dalam melakukan perintah guru. Dikelas dia sangat pendiam. Bahkan dia sering tidur pada saat guru menjelaskan materi dikelas. Sehingga tidak sedikit guru yang memarahinya. Aris mempunyai teman dekat sekelasnya. Dia bernama Rois. Mereka sudah berteman dari kelas 5 SD. Setelah ku tanya ke teman dekatnya memang benar dari SD pun Aris mempunyai sifat begitu. 
Rois sangat tahu sifat Aris yaitu, jika Aris tidak bisadalam melakukan sesuatu dia akan berbuat curang dalam melakukan sesuatu. Tetapi Aris memiliki sifat yang bagus yaitu setia kawan. Dia orang yang baik tetapi pemalas.Tak jarang teman-temanku dan aku sering bertanya kepada Aris bahwa dia sangat tidak bersemangat dan sangat malas. Tetapi Aris selalu menjawab “aku cuma males.”
Sampai pada suatu saat bahwa ulangan tengah semesterakan dilaksanakan sebentar lagi. Jadwal ulangan sudah dibagikan. Jadwal pada hari pertama yaitu Matematika dan IPA. Aku bertanya kepada Aris.
“Ris lo belajar gak matematika?” tanya ku.
“materinya aja gue gangeri di, lagian gue males juga,” Jawab Aris dengan santai.
terus nanti lo jawab soalnya gimana?’ sahutku.
“yaa.. lihat aja nanti,” Jawab Aris.
Aku bingung bagaimana bisa Aris menjawab soal-soal ulangan nanti kalau dia saja tidak belajar. Kebetulan nomor peserta kami berdekatan. Jadi tempat duduk kami pada saat ulangan berdekatan.
Hari pertama ulangan pun tiba. Semua siswa sudah siap dibangku masing-masing dengan alat tulis yang lengkap. Tetapi disamping kiri ku masih ada satu bangku kosong. Hanya Aris yang belum hadir. Guru pengawas memasukki kelas. Bu Ani pengawasnya, dia merupakan guru seni budaya yang baik. Tetapi dia terkenal kalau pada saat mengawas ulangan dia sangat teliti dalam mengawasi anak muridnya. Beliau sangat tidak ingin ada anak muridnya yang mencontekatau berbuat curang.
5 menit Bu Ani sudah berada didalam kelas. Ketua kelas sudah memimpin doa untuk mengawali ulangan tersebut. Semua murid berdoa bersungguh-sungguh agar diberikan nilai terbaik. 
“berdoa selesai,” Ucap ketua kelas.
Datang seorang anak yang terlihat lemas seperti orang yang belum sarapan. Dia mengetok pintu sambil mengucapkan salam.
“assalamualaikum,” Ucap Aris.
“waalaikumsalam,” Sahut Bu Ani dan beberapa murid.
Aris memasuki kelas dan langsung menghampiri meja Bu Ani. Mukanya tidak terlihat panik atau  takut dimarahi Bu Ani. Memang Aris sangat santai dalam menghadapi sesuatu. Bu Ani bertanya kepada Aris dengan lembut. Suasana dikelas hening terfokus kepada Aris.
“Aris.. kenapa terlambat?” Tanya Bu Ani.
“saya bangun terlambat bu,”jawab Aris.
“semalam kamu ngapain sampai bangun terlambat?” Tanya Bu Ani dengan penasaran.
“saya semalam nonton bola bu.” Jawab Aris tanpa bersalah.
“Aris aris.. kamu kan sudah tahu kalo hari ini ulangan, jadi kamu seharusnya belajar bukannya nonton bola yang menghabiskan waktu dan tenaga kamu,” Nasehat Bu Ani pada Aris.
Aris pun menganggukan kepalanya. Dengan baiknya Bu Ani menyuruh Aris duduk dibangkunya. Aris meletakkan tas lalu mengeluarkan alat tulis dari tasnya. Tampaknya dia belum siap untuk ulangan karena alat tulisnya tidak lengkap. Kertas ulangan dibagikan, ulangan dimulai. Serentak kelas menjadi hening. Seluruh siswa mengerjakan ulangan. 30 menit berlangsung, kulihat ternyata dibawah meja Aris terdapat buku kitab matematika. Kulihat lembar jawabaannya belum ada yang diisi. 
Dengan mukanya yng tenang dia tetap melihat buku itu. Padahal Bu Ani berjalan mengelilingi kelas. Tetapi Bu Ani tidak melihat. Karena tetap tidak mengerti dengan soal tersebut dia mencoba melihat lembar jawabanku, tetapi kututupi dengan tangan. Dia mencoba melihat kedepan dan berhasil, dia mengisi lembar jawabannya sampai selesai. Waktu ulangan pun berakhir.
Pada ulangan jam kedua dia kembali mencontek dengan buku kitabnya. Saat itu ulangan IPS. Guru pengawasnya merupakan guru olahraga yaitu Pak Amanulah. Aris tetap berhasil mencontek sampai selesai ulangan.
Esok hari pun tiba. Guru pengawas sudah memasuki kelas. Sama seperti kemarin dia tetap terlambat. Aris datang dan memasukki kelas sambil mengucapkan salam. Pak Romimenyuruhnya masuk dan menanyakan kenapa ia terlambat. Pak Romi mencatat nama Aris dan memerintahkan Aris untuk duduk dibangkunya. Lalu meletakkan tasnya didepan kelas.
Ulangan dimulai dari awal dimulainya ulangan Aris sudah membuka buku kitab agama. Pak Romi berkeliling kelas untuk mengecek semua meja dan dibawahnya. Pada saat meja Aris yang dicek Pak Romi mengambil dua buah buku yaitu buk kitab agama beserta buku catatannya. Padahal dia tidak pernah mencatat. Pak Romi langsung membawa Aris kedepan kelas dan menasehatinya. Pak Romi menyuruh Aris selesai ulangan ini agar dia menemui wali kelasnya. Aris melanjutkan ulangannya tetapi didepan kelas.
Ulangan selesai, Aris menemui wali kelasnya dan membicarakan tentang kelakuannya tadi. Ternyata pada hari itu juga orang tua Aris dipanggil. Aku tidak tahu apa yang dibicarakan guru bersama orang tua Aris. Setelah itu, hari ketiga sampai hari terakhir ulagan Aris tidak pernah terlambat dan tidak pernah mencontek lagi. Dia selalu mengumpulkan ulangannya paling terakhir.
Seminggu setelah ulangan tepatnya pada hari sabtu, pembagian rapot pun tiba. Hasil ulangan dibagikan beserta ranking. Setelah kulihat Aris menempati peringkat ke-34 yaitu peringkat paling terakhir dikelas. Aris merasa malu tetapi kami sebagai temannya tetap memberi semangat.
Aris memberi tahu kepada ku bahwa berbuat curang itu tidak membuahkan hasil. Walaupun membuahkan hasil, tetapi hasil itu hanya sementara. Kejujuran merupakan hal yang utama. Apapun jika dilakukan dengan jujur akan berkah.
Semenjak dari itu aku tidak pernah melihat Aris malas-malasan lagi dikelas. Dia selalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi, membuat tugas yang diberikan guru. Dia sekarang lebih terlihat bersemangat bersemangat. 
Aris berkata kepadaku, “pokoknya gue akan belajar bersungguh-sungguh dan engga males-malesan lagi, biar nilai gue bagus biar bokap dan nyokap gue bangga.”
“akhirnya lo sadar ris, makanya mulai dari sekarang berubah,” seru ku
Mulai dari situ Aris menjadi anak yang pintar dikelas dan aktif mengikuti pelajaran, serta dia telah meninggalkan kebiasaan dan sifat lamanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raja Hutan

Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

Kesombongan Sang Raja Hutan